Perpustakaan Desa Ngablak Muda Bakti pada hari rabu 12 Oktober 2022 telah di kunjungi dari Tim Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan beserta Perpustakaan Nasional Ripublik Indonesia yang di terima langsung oleh Kepala Desa Ngablak Amri Subkhantoro di Gedung Olagraga Desa Ngablak , rombongan tersebut meliputi
1. Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan RI
2. Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kese
hatan, dan Kosmetik, BPOM
3. Deputi Pemanfaatan Riset dan Inovasi, BRIN
4. Kepala Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri, Kementerian Dalam Negeri
5. Direktur Kuliner, Kriya, Desain dan Fesyen, Kemenparekraf ;
6. Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Kemendikbudristek
Kepala Desa Ngablak dalam sambutannya, mengucapkan selamat datang kepada Tim kementrian dan Perpustakaan Nasional yang telah meluwangkan waktu untuk berkunjung di Perpustakaan Desa Ngablak Muda Bakti.
Desa Ngablak merupakan Desa di lereng Gunung Merapi yang menjadi salah satu desa penyangga Taman Nasional Gunung Merapi. Yang berpenduduk kurang lebih 2500 jiwa dan sebagian besar mengandalkan penghasilan dari pertanian dan peternakan , dengan berdirinya Perpustakaan Desa sangat membantu untuk memajukan masyarakat di bidang pendidikan , petrtanian, peternakan dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan Dan Prestasi Olahraga dalam sambutannya:
· Beberapa indikator literasi di tingkat nasional seperti Nilai Budaya Literasi dan Tingkat Kegemaran Membaca masyarakat Indonesia relatif masih rendah. Nilai Budaya Literasi dalam Indeks Pemajuan Kebudayaan Tahun 2020 baru mencapai 61,63 (Kemendikbusristek, 2021), sedangkan target Tahun 2024 sebesar 71 (masih terdapat gap sebesar 9,37 poin). Seiring dengan hal tersebut, Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) Tahun 2021 juga baru mencapai 59,52 dengan target tahun 2024 sebesar 71 (Perpusnas RI, 2022). |
|
· Kita semua menyadari bahwa literasi memiliki kontribusi positif membantu menumbuhkan kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan produktivitas. Peningkatan budaya literasi, diharapkan kita dapat memacu hadirnya inovasi-inovasi baru.
· Oleh sebab itu, perlu gotong-royong, sinergi, dan kolaborasi multi pemangku kepentingan dalam meningkatkan budaya literasi untuk mewujudkan masyarakat yang berpengetahuan, inovativ, berkarakter sehingga dapat terwujud masyarakat yang sejahtera.
· Literasi saat ini perlu dipahami bukan saja kemampuan membaca dan menulis, namun literasi dapat dipahami sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, membuat, berkomunikasi dan menghitung, menggunakan bahan cetak dan tertulis yang terkait dengan berbagai konteks. Literasi melibatkan rangkaian pembelajaran yang memungkinkan individu untuk mencapai tujuan, mengembangkan pengetahuan dan potensi, dan untuk berpartisipasi penuh dalam komunitas serta masyarakat yang lebih luas (UNESCO, 2015).
· Perpusnas mengembangkan literasi berdasarkan 5 tingkatan, dimana tingkatan akhir dari literasi adalah memiliki kemampuan menciptakan barang/jasa yang dapat digunakan dalam kompetisi global atau menjadi produsen bukan konsumen (pada tikatan akhir).
· Untuk mengimplementasikan hal tersebut Perpusnas Melaksanakan program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) melalui 3 strategi utama yaitu: peningkatan layanan informasi, pelibatan masyarakat, dan advokas
·